Pada saat ini, banyak permasalahan yang dihadapi setiap manusia , baik berkaitan dengan masalah lahir, batin, ataupun kejiwaan. Dari sini, muncullah berbagai ragam usaha untuk mengatasi problematika hidupnya. Tujuan utamanya, pada dasarnya hanya satu, yaitu; mendapatkan kepuasan hati, ketenteraman hidup, dan ketenangan jiwa.
Yang amat disayangkan, munculnya anggapan keliru karena ketidakpahaman atau karena belum mengerti, bahwa tidak semua hal yang mampu mendatangkan kepuasan, ketenteraman hidup dan ketenangan jiwa menunjukkan kebenaran sesuatu tersebut. Ya, kita bisa katakan, benar, memang sesuatu tersebut dapat mendatangkan kepuasan, ketenteraman hidup dan ketenangan jiwa. Namun permasalahannya, apakah semua hal yang bisa mendatangkan kepuasan, ketenteraman hidup dan ketenangan jiwa bisa dibenarkan. Jika tidak demikian, kita akan menemukan betapa banyak praktek-praktek yang memang telah terbukti mampu mendatangkan kepuasan hati, ketenteraman hidup dan ketenangan jiwa orang. Sebagai contoh, sebutlah bersemedhi, bertapa, atau meditasi, atau terapi psikologis lainnya. Hal-hal tersebut memang terbukti mampu mendatangkan kepuasan hati, ketenteraman hidup dan ketenangan jiwa orang yang melakukannya.
Hakikat perjalanan hidup yang dilayari, semakin jauh direntasi maka semakin banyak peristiwa yang dihadapi. Banyak persoalan kehidupan yang menyebabkan manusia merasa bimbang, resah dan gundah. Tanggung jawab juga semakin banyak yang perlu dilaksanakan dan menyebabkan pemikiran manusia perlu memikirkan bagaimana ia perlu dilaksanakan selain persoalan-persoalan yang perlu dijawab. Setiap individu secara relatifnya memiliki banyak tanggungjwab berbanding dengan nisbah kemampuannya dari segi tenaga, masa dan material. Sebagaimana Al-syahid Imam Hassan Al-Banna mengatakan bahawa "Kewajipan itu lebih banyak dari waktu yang ada."
Secara logiknya, apabila berhadapan dengan banyak persoalan dan tanggungjawab yang perlu diselesaikan tentulah seseorang itu sukar untuk mempunyai jiwa yang tenang. Selagi tanggungjawab tersebut tidak diselesaikan secara lumrahnya agak mustahil untuk dia merasa tenang. Walau bagaimanapun, kita memaklumi bahawa selagi manusia itu tidak berhenti bernafas, selagi itulah masih wujud perkara yang perlu difikirkan dan diselesaikan. Maka di sini timbul persoalan, bagaimanakah seseorang manusia boleh memiliki ketenangan jiwa saudara?
Adakah harta kekayaan, kemasyhuran atau segala nikmat yang wujud di dunia ini boleh menjadi mekanisme yang baik bagi seseorang manusia dapat memiliki ketenangan jiwa? Sebenarnya, semuanya ini memang memungkinkan. Ia berlaku apabila semua kelebihan dan kebaikan ini diurus dengan baik . Cuma lumrahnya, harta kekayaan yang dimiliki lebih menjadi suatu dugaan kepada seseorang. Apabila seseorang berhadapan dengan sesuatu dugaan tentulah lazimnya hatinya akan keresahan, seperti seseorang yang berada dalam peperangan. Dia mungkin menang di dalam dugaan tersebut, dan barangkali juga dia kecundang.
Terkadang Semua manusia yang hidup di muka bumi mencari jalan untuk memperoleh kebahagiaan hakiki. Harapan ditumpahkan untuk mencapai tujuan memperoleh kebahagiaan. Sebagian orang mencari kebahagiaan melalui gaya hidup yang mewah, sebagian lainnya melalui pekerjaan yang bergengsi, perkawinan yang indah, bedah plastik, dan gelar akademis. Namun, jika tujuan itu telah tercapai,semua kebahagiaan seperti itu hanya¬lah bersifat sementara. Atau sering kali tidak ada kegembiraan atau kepuasan sama sekali setelah semuanya itu diperoleh. Bagaimanapun, tak seorang pun di muka bumi ini yang akan mencapai kebahagiaan sejati melalui cara-cara tersebut. Terdapat beberapa hal yang mengganggu atau membuat bosan orang yang mempercayai bahwa tujuan dalam mencapai kebahagiaan hakiki telah tercapai.
Dalam islam Kebahagiaan, ketenangan, kesenangan, atau kenyamanan sejati hanya dapat ditemukan dalam mengingat Allah. Allah menceritakan kenyataan ini dalam sebuah ayat sebagai berikut:
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (Q.s. ar-Ra‘d: 28).
Permasalahannya, jika kita perhatikan dan pelajari secara lebih dalam, hal-hal yang bisa mendatangkan dan menimbulkan kepuasan hati, ketenteraman hidup dan ketenangan jiwa yang banyak digemari orang saat ini, pada kenyataannya tidak mungkin dapat dipisahkan dari praktek ibadah, bahkan sangat berkaitan erat dengan masalah aqidah yang letaknya di dalam hati, sedangkan hati merupakan sumber dari kebaikan atau keburukan seseorang.
Dalam perkembangan hidupnya manusia seringkali berhadapan dgn berbagai masalah yg berat utk diatasinya. Akibatnya timbullah kecemasan ketakutan dan ketidaktenangan bahkan tidak sedikit manusia yg akhirnya kalap sehingga melakukan tindakan-tindakan yg semula dianggap tidak mungkin dilakukannya baik melakukan kejahatan terhadap orang lain seperti pembunuhan termasuk pembunuhan terhadap anggota keluarga sendiri maupun melakukan kejahatan terhadap diri sendiri seperti meminum minuman keras dan obat-obat terlarang hingga tindakan bunuh diri. Oleh krn itu ketenangan dan kedamaian jiwa sangat diperlukan dalam hidup ini yg terasa kian berat dihadapinya. Itu sebabnya tiap orang ingin memiliki ketenangan jiwa. Dengan jiwa yg tenang kehidupan ini dapat dijalani secara teratur dan benar sebagaimana yg dikehendaki Allah dan rasul-Nya. Untuk bisa menggapai ketenangan jiwa banyak orang yg mencapainya dgn cara-cara yg tidak islami sehingga bukan ketengan jiwa yg didapat te tapi malah membawa kesemrawutan dalam jiwanya itu.
Jika kata Mario Teguh " Ada 3 hal yang akan menenangkan kegelisahan jiwa, yaitu:
1. Keikhlasan
2. Kesyukuran
3. Keharusan memampukan diri
Apabila ada masalah terjadi, ada kesulitan, ada tantangan, katakanlah “Aku harus ikhlas, bersyukur dan memampukan diri“.
Orang yang ikhlas, bersyukur, dan selalu bekerja untuk memampukan diri tidak mungkin hatinya bisa digelisahkan oleh masalah-masalah yang lebih kecil dari dirinya.
Kita akan selalu lebih besar kemampuan kita daripada masalah yang dihadiahkan oleh Tuhan.
Apakah kita harus menghindari masalah dalam hidup untuk mendapatkan jiwa yang tenang?
Masalah atau kesulitan tidak akan hilang dalam kehidupan. “Hidup itu sulit” memang benar, tidak ada yang mengatakan hidup ini mudah. itu sebabnya kita harus memampukan diri sehingga yang dulu menyulitkan kita tidak lagi sekarat.
Tugas kita bukan mengecilkan masalah, bukan menghapus masalah, tetapi menjadi pribadi-pribadi yang lebih besar dari pada masalah yang dihadapi dalam kehidupan kita".
Selain itu kata mereka ada 6 cara untuk mendapatkan ketenangan hati :
1. Jangan tergantung terhadap orang lain, bersikaplah mandiri dan percaya akan kemampuan yang kita miliki.
2. Jangan berburuk sangka, berfikirlah positif akan membawa pada suatu yang bermanfaat.
3. Jangan mengingat penyesalan yg tdk pantas di sesali di masa lalu, hidup itu mudah, buatlah dalam suatu perbuatan kita dengan keputusan dan jadikan masa lalu menjadi sebuah pelajaran untuk menjadi yang lebih baik.
4. Jangan pernah menyimpan dendam di hati, dendam itu di ibaratkan sebagai racun dalam hati kita, jauhi itu.
5. Jauhi sifat terburu-buru, aset dalam kehidupan bukan harta tapi waktu. maka pergunakan waktu dengan baik.
6. Jangan khawatir dengan hari esok, ketuklah pintu dan pintu pun akan terbuka, ingatlah ALLAH, ALLAH pun akan ingat pada kita.
Tapi pertanyaannya apakah semua itu dapat diimplementasikan kedalam hidup ? Hanya kita yang tahu jawabannya.
Ketika kita meminta kemudahan tuhan akan memberikan kesulitan agar kita kuat , ketika kita meminta cinta tuhan akan memberikanku orang orang yang bermasalah agar kita membantu mereka
Dan yang menjadi inti permasalahan adalah "rasa frustasi ini adalah bentuk evolusi selaras dengan ekspektasi"
SEKIAN
No comments:
Post a Comment